"Perilaku itu harus diteladani dan ditindaklanjuti pihak guru dan pejabat Dinas Pendidikan, karena sangat bermanfaat bagi yang kurang mampu."
"Perilaku itu harus diteladani dan ditindaklanjuti pihak guru dan pejabat Dinas Pendidikan, karena sangat bermanfaat bagi yang kurang mampu."
"Perilaku itu harus diteladani dan ditindaklanjuti pihak guru dan pejabat Dinas Pendidikan, karena sangat bermanfaat bagi yang kurang mampu."
MEDAN | DNA - Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA dan SMP tahun 2013 telah usai. Banyak hal yang patut disikapi dan dikoreksi demi peningkatan mutu pendidikan. Seperti keterlambatan pendistribusian dan dugaan kebocoran soal sampai tuntutan UN ditiadakan diharapkan menjadi bahan motivasi dan evaluasi semua pihak ke depan.
Penilaian ini disampaikan anggota komisi B DPRD Medan Ir Yahya Payungan Lubis, Kamis (25/4/2013) kepada wartawan menyikapi pelaksanaan UN yang banyak sorotan saat ini. Yahya berpendapat bagi siapa yang mengkritikdiharapkan dapat memberikan solusi demi kemajuan pendidikan.
Kendati banyaknya tudingan miring dan sorotan terhadap pelaksanaan UN, namun menurut Yahya, dibalik semua itu ada hal yang patut dicontoh khususnya dengan aksi sosial yang dilakukan para siswa yakni mengumpulkan baju seragam sekolah untuk disumbangkan.
Dikatakan Yahya, perilaku sebagian para siswa yang bersedia mengumpulkan baju seragam untuk disumbangkan patut dicontoh dan diapresiasi. Kerana dapat merubah dan menyadarkan bagi siswa yang telah membudaya dengan aksi coret baju usai berakhir UN. “Perilaku itu harus diteladani dan ditindaklanjuti pihak guru dan pejabat Dinas Pendidikan, karena sangat bermanfaat bagi yang kurang mampu,” terang Yahya.
Seperti pantauan wartawan di SMP N 16 Medan, Kamis (25/4/2013), usai berakhirnya UN, sebanyak 262 siswa disekolah tersebut seluruhnya mengumpulkan baju seragam sekolah yang dikoordinir Kepala Sekolah (Kepsek) Irnawati, MM. Jumlah baju yang dikumpul tergantung kerelaan siswa yang akan disumbangkan kepada adik kelasnya bahkan bagi siswa dari sekolah lain bagi yang membutuhkan.
Dikatakan Irnawati, aksi kumpul baju seragam di SMPN 16 dilakukan untuk menanamkan rasa empati terhadap siswa kepada sesama temannya yang kurang mampu. Selain itu, juga dianggap dapat menghindari aksi coret coret baju usai UN.
Bahkan pada hari terakhir UN, pihak sekolah sudah mensiasati seminimal mungkin aksi coret. Pihak sekolah dianjurkan supaya pakai baju seragam batik, karena jika terjadipun aksi coret tidak begitu kelihatan.
Empati
Ditambahkan Irnawati, selain menyarankan pakai baju batik, pihaknya juga punya tips tersendiri yakni selesai UN, murid tidak diperbolehkan langsung pulang. Melainkan, memberikan bimbingan dan arahan di halaman sekolah oleh Kepsek selanjutnya disuruh masuk kelas masing masing alasan menunggu pengumuman dari wali kelas terkait hasil lulusan.“Tentu dengan cara ini sudah menyita waktu murid agar betah disekolah dan mengurangi rasa eforia,” ujar Irnawati.
Penulis: dnaberita.com