Mereka yang Berprestasi, Siapakah Mereka?

Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini telah berhasil melahir anak-anak yang berprestasi. Memang tugas berat dunia pendidikan untuk mendampingi para calon penerus bangsa untuk jadi "orang" tidaklah jalan yang mulus dan mudah. Dalam perjalanan pendidikan Indonesia mengusahakan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak penerus bangsa tentu saja menemukan banyak tantangan dan hambatan. 

Namun itu semua bukanlah sesuatu yang membuat kita semua harus berhenti dan menyerah. Sungguh memalukan bila kita sebagai anak bansa pejuang mudah menyerah memberikan pendidikan terbaik bagi generasi penerus bangsa ini. Saat ini kita bisa berbangga hati melihat  mereka yang berprestasi.

 

1. Anya, peraih medali olimpiade matematika

Anya Prameswari Firmansyah yang saat ini duduk di bangku kelas 6 SD awalnya tidak menyukai matematika.

Baginya, matematika sangat sulit dipecahkan. Namun, keingintahuan dan keinginannya untuk mendalami matematika telah membantunya memenangkan puluhan medali sejak tahun ketiga sekolah dasar.

“Dulu saya tidak terlalu suka matematika, tapi lama-lama saya penasaran, karena ketika ditanya soal matematika, saya tidak bisa mengerjakannya di kelas 3 SD. Aku jadi penasaran,” kata Anya. Dia bersekolah di SD Cikal Lebak Bulus. Kata ibu Mita, saat duduk di bangku kelas 3 SD, Anya mengikuti lomba matematika dan kalah. Saat itu, Anya menangis dan kecewa karena ia tidak bisa menyelesaikan masalah yang ia pikir bisa ia selesaikan sebelumnya.

“Anya pernah mengikuti kompetisi matematika dan kalah. Saat itu, dia menangis dan frustasi karena dia tidak bisa menyelesaikan masalah yang dia pikir bisa dia selesaikan sebelumnya.

Saat itu saya mengingatkan Anya bahwa dalam sebuah kompetisi, kompetitornya tidak hanya ada di sekitar Anda saja, tapi jumlahnya banyak sekali,” kata Mita. Berkat dukungan orang tuanya, Anya mampu melewati pengalaman mengecewakan tersebut dan semakin semangat berlatih bersama orang tua dan mentor matematikanya. 

2. 5 Medali pada Olimpiade Astronomi di Polandia

Pelajar Indonesia berhasil meraih 5 medali pada International Olympiad of Astronomy and Astrophysics (IOAA) ke-16 di Polandia yang diselenggarakan pada 10-20 Agustus 2023.

Pada ajang IOAA ke-16 ini, 5 pelajar Indonesia bersaing melawan 250 kontestan dari 52 negara.

Lima medali termasuk satu perak dan empat perunggu. Selain medali, mereka juga meraih 2 penghargaan tim internasional terbaik setara medali emas.

Kelima siswa tersebut adalah Dzaky Rafiansyah dari SMA Semesta yang meraih medali perak dan tim internasional terbaik, Bryan Herdianto dari SMAS Kanisius Jakarta yang meraih perunggu dan tim internasional terbaik. Kemudian tiga medali perunggu lagi diraih Zahran Nizar Fadhlan dari SMAN 1 Padang, Ferdinand dari SMAS 1 Kristen BPK Penabur Jakarta, dan Indra Rhamadan dari SMAN 1 Manggar, Kepulauan Bangka Belitung.

"Selamat dan sukses, 5 pelajar Indonesia yang meraih 5 medali. Ini prestasi yang luar biasa. Saya berharap mereka dapat melanjutkan karir kemahasiswaannya dan mencari pilihan terbaik di masa depan," kata tim pakar manajemen bakat Menteri, Tatang Muttaqin. dalam keterangan resmi, Selasa (22 Agustus 2023).

Plt. Kepala Ristek Puspresnas Kemendikbud, Hendarman mengapresiasi prestasi 5 mahasiswa Indonesia di ajang IOAA ke-16 ini. 

3. Grace Juara Lomba Debat Tingkat Nasional

Menjalani masa sulit tak membuat Graceilla Intan Angelia Tamaro menyerah.

Keadaan sulit yang dialaminya mendorongnya untuk terus berprestasi. Gadis yang biasa disapa Grace ini memiliki rekam jejak debat.

Pada tahun 2022, Grace bahkan mendapat penghargaan sebagai Pembicara Setara Emas Terbaik/ Pembicara Keseluruhan Terbaik pada Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) Tingkat Nasional oleh Badan Pengembangan Bakat Indonesia (BPTI), Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kementerian Pendidikan menyelenggarakan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Riset dan Teknologi Kemendikbud). 

4. Devon Kei Peraih Beasiswa

Devon Kei Enzo yang berhasil meraih lebih dari 100 medali di International Math and Science Olympiad terpilih mewakili Indonesia dan mendapat beasiswa dari Department of Computer Science National University of Singapore (NUS).

Devon bersama mahasiswa berprestasi lainnya dari Jerman, Kanada, China, Malaysia, Filipina dan negara lainnya telah terpilih untuk mengikuti mata kuliah Computer Thinking Problem Solving (CTPS).

Program pelatihan tersebut setara dengan 13 minggu pelatihan, yaitu 40 hingga 50 jam pertemuan. Devon, meski baru berusia 13 tahun, selain rutin meraih juara pertama dunia di bidang matematika dan sains, ia juga mahir dalam bahasa pemrograman seperti Visual Studios (HTML, CSS), MS SQL Database, Javascript, C# dan Persatuan.

“Saya sangat bersyukur terpilih mewakili Indonesia dalam beasiswa ini,” kata Devon (29 Juli 2023). “Saya berharap melalui program ini, selain menambah pengetahuan saya tentang pemikiran komputer, saya juga dapat bertemu dengan banyak mahasiswa berprestasi lainnya dari berbagai negara dengan minat yang sama,” ujarnya. “Dan selain bisa belajar hal-hal baru, saya berharap bisa berbagi pengalaman dan keterampilan yang saya peroleh nantinya kepada teman-teman lain di Indonesia,” pungkas Devon.

Devon juga rutin membagikan konten edukasi termasuk matematika di akun tiktok pribadinya @devonkeienzo, membahas soal ujian matematika SNBT, UTBK, OSN, dan tips matematika lainnya.

Diketahui, Devon Kei Enzo (13 tahun) dan Mischka Aoki (14 tahun), warga negara Indonesia yang telah meraih lebih dari 100 medali di Olimpiade Matematika dan Sains Internasional, telah ditunjuk sebagai Direktur Pertahanan oleh Kementerian Pertahanan RI. Pertahanan.Indonesia. 

5. Wiwit sudah punya 4 Gelar S1-S3 di Usia 25 Tahun

Wiwit Nurhidayah adalah salah satu pemain berusia 25 tahun yang telah memenangkan banyak trofi.

Bayangkan, di usianya yang masih sangat muda, ia mampu meraih 4 gelar. Beliau memiliki empat gelar yaitu Sarjana Farmasi, Apoteker, Magister Sains dan Doktor Kimia. Gelar doktor diperolehnya dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran (Unpad) setelah mengikuti sidang umum di Aula Einsten Gedung Dekanat FMIPA Unpad, Jatinangor pada Selasa (8/8/2023).

Lalu apa yang dilakukan Wiwit untuk meraih 4 gelar di usianya yang masih sangat muda? Berikut penjelasannya. Diakuinya, gelar sarjana pertama kali diperolehnya dari Fakultas Farmasi Unpad pada akhir tahun 2018 lalu.

Ia kemudian langsung masuk program Karir Apoteker dan melamar Program Beasiswa PMDSU. Ia pun berhasil meraih beasiswa dan diterima di program Magister dan PhD bidang kimia di FMIPA Unpad.

Perjalanan akademisnya tidak sia-sia, hingga akhirnya ia lulus dengan “pujian” setelah mempertahankan tesisnya yang berjudul “Evaluasi Selologi dan Praklinis [125/131] Ialpha Mangostin sebagai Kandidat Radiofarmasi Kanker Payudara”. “Jujur, saya tidak menyangka bisa masuk S3, bahkan tidak terbayang ingin menjadi dokter,” ujarnya seperti dikutip dari situs Unpad.

Sebelum meraih gelar doktor, ia hanya bercita-cita meraih gelar master. Baru setelah itu ia mengetahui beasiswa PMDSU dari profesornya saat ia sedang meraih gelar sarjana. Setelah ditemukan, ia pun sempat tertarik menonton pertunjukan tersebut.