Benarkah Guru-Guru Takut pada Siswa Anak Orang Kaya?

Hubungan antara guru dan siswa merupakan salah satu elemen penting dalam proses belajar mengajar. Namun, hubungan ini bisa menjadi kompleks, terutama siswa dari keluarga kaya.

Baru-baru ini, isu tentang guru yang takut pada siswa anak orang kaya kembali mencuat. Isu ini dipicu oleh unggahan Grace Tahir, pengusaha muda dan putri konglomerat John Tahir, di media sosialnya. Grace menceritakan pengalamannya saat bersekolah di SMA Binus Simprug, di mana ia melihat beberapa guru yang "takut" dengan anak-anak pejabat.

 

Benarkah guru-guru takut pada siswa anak orang kaya?

Beberapa orang mungkin langsung percaya dengan pernyataan Grace Tahir. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

  • Stereotip bahwa orang kaya memiliki kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar.
  • Kasus-kasus nyata di mana orang tua kaya menggunakan kekuasaan mereka untuk mengintervensi urusan sekolah.
  • Kekhawatiran guru akan mendapatkan konsekuensi negatif jika mereka menegur siswa anak orang kaya.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua guru takut pada siswa anak orang kaya. Banyak guru yang profesional dan adil dalam menghadapi semua siswa, tanpa memedulikan latar belakang mereka.

Data dan Fakta:

  • Survei yang dilakukan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 12% guru yang mengaku pernah merasa ditekan oleh orang tua siswa yang kaya.
  • Penelitian oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi hubungan guru dan siswa adalah kepribadian dan komunikasi, bukan latar belakang ekonomi.


​​​​​​​Contoh Konkret:

  • Di sebuah SMA negeri di Jakarta, seorang guru matematika pernah menegur seorang siswa anak pejabat karena tidak mengerjakan tugas. Orang tua siswa tersebut kemudian datang ke sekolah dan marah-marah kepada guru. Namun, guru tersebut tetap teguh pada pendiriannya dan tidak memberikan nilai khusus kepada siswa tersebut.
     
  • Di sebuah SMP swasta di Bandung, seorang guru BK pernah membantu seorang siswa anak yang mengalami masalah bullying. Guru tersebut tidak segan-segan untuk menegur siswa yang melakukan bullying, meskipun mereka berasal dari kalangan keluarga kaya.


Kesimpulan:

Meskipun terdapat beberapa kasus di mana guru takut pada siswa anak orang kaya, hal ini tidak dapat digeneralisasikan. Mayoritas guru tetap profesional dan adil dalam menghadapi semua siswa.

Penting untuk diingat bahwa hubungan guru dan siswa haruslah didasarkan pada rasa saling menghormati dan kepercayaan. Guru harus berani menegur siswa yang melakukan kesalahan, tanpa memedulikan latar belakang mereka. Orang tua pun harus mendukung guru dalam mendisiplinkan anak-anak mereka.