Kurikulum Prototipe Bukan Kurikulum Wajib
KOMPAS.com - Mengajar sesuai dengan level capaian siswa. Hal inilah yang sebenarnya menjadi inti kurikulum yang saat ini ramai diperbincangkan dan ditawarkan.
Ya, kurikulum prototipe menjadi salah satu alternatif kurikulum pemulihan pascapandemi. Hal yang perlu digarisbawahi adalah kurikulum ini merupakan salah satu pilihan, bukan kewajiban.
Mengapa kurikulum prototipe?
Hal yang mendasari penawaran kurikulum prototipe adalah tidak sedikit siswa yang pola maupun kemampuan belajarnya berubah sejak masa pandemi.
Perubahan ini perlu disiasati dengan pemberian treatment yang tepat ketika siswa kembali belajar di sekolah.
Penyebab lainnya adalah masih rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa. Selama ini guru hanya mengejar ketuntasan target dan penyelesaian materi, bukan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan dasar mereka untuk kehidupan.
Apa perbedaan kurikulum prototipe dan kurikulum 2013?
Kurikulum prototipe disajikan dengan beberapa perbedaan dari kurikulum sebelumnya. Misalnya, pada jenjang SD, sekolah dapat memilih pendekatan yang akan digunakan, jadi bisa saja tidak semua sekolah menggunakan pendekatan tematik.
Muatan pelajaran IPA dan IPS juga digabungkan sehingga diharapkan siswa mampu sekaligus menghubungkan fenomena alam dan sosial.
Pada jenjang SMP, mata pelajaran Teknologi Informatika yang semula menjadi mata pelajaran pilihan, pada kurikulum prototipe menjadi pelajaran wajib.
Pada jenjang SMA, tidak ada lagi penjurusan, namun peserta didik dapat memilih mapel pilihan mulai di kelas XI, dan esai ilmiah menjadi persyaratan kelulusan.
Pada jenjang SMK, terdapat peningkatan kapasitas pembelajaran kejuruan, sedangkan di SLB, capaian pembelajaran khusus hanya digunakan untuk siswa dengan hambatan intelektual.