Persaingan Twitter dengan Threads, Siapa yang Menang?

Belum lama ini, Mark Zuckerberg meluncurkan Threads, dan seketika itu, Elon Musk, sang pemilik Twitter, langsung meradang. Gimana nggak ya? Threads dibuat mirip banget sama Twitter, jadi tambah gelisah karena hanya dalam 5 hari aja ternyata Threads sudah punya 100 juta pengguna. Kontan para petinggi Twitter bereaksi, mereka menghujat Threads, bahkan menggugat secara hukum.

Belakangan, Twitter meluncurkan fitur "Ads Revenue Sharing" yang maksudnya supaya para pengguna Twitter nggak lari ke Threads. Apa sih yang dimaksud, dan apakah fitur itu bisa menyelamatkan Twitter? Sebetulnya, seperti apa sih ancaman Threads terhadap Twitter? Dan apakah benar bisa jadi "Twitter Killer"? Yuk, kita cari tahu jawabannya.

 

 

Baru aja meluncurkan Threads melalui Instagram, ini peluncuran spektakuler karena hanya dalam 4 jam saja sejak diluncurkan, aplikasi ini langsung menyedot 5 juta pengguna. Esok harinya Mark Zuckerberg tersenyum puas. Dia gembira karena ternyata 30 juta orang sudah mendaftar untuk mencoba Threads. 5 hari kemudian, jumlah pengguna Threads bengkak jadi 100 juta, luar biasa! Mark mengklaim jumlah itu bukan hasil promosi, melainkan atas keinginan mereka sendiri untuk bergabung. Sebuah hasil yang di luar dugaan karena semua targetnya cuma 70 juta orang. Kenapa sih kok bisa sebesar itu?

Respon masyarakat terhadap Threads pertama, desainnya dipuji karena ramping, antar mukanya dianggap ramah bagi pengguna dan kontennya beragam. Yang kedua, dan ini yang penting, gratis dan nggak ada iklannya. Jadi nggak heran ya kalau kemudian para pengguna ramai-ramai menyebutnya saingan berat Twitternya Elon Musk. Tapi tentu bukan karena ejekan itu, Elon meradang, melainkan karena Threads benar-benar dibuat mirip sama Twitter.Oleh sebab itu Elon Musk dan team langsung menggugat Meta sebagai induk Threads, tuduhannya berat melalui pengacaranya, Alex Piro, menuduh Meta menyalahgunakan rahasia dagang Twitter dan hak kekayaan intelektual lainnya. Itu bisa terjadi karena Meta memperkerjakan puluhan mantan karyawan Twitter. Mereka hafal betul rahasia-rahasia Twitter, dan mereka itulah yang layak diduga berada di belakang pembuatan aplikasi tiruan. Alex juga tegas bahwa Twitter berhak mencari solusi melalui jalur hukum atau minta ganti rugi. Nah, lewat gugatan itu, Twitter berusaha melindungi hak kekayaan intelektualnya.

Terlepas dari tuduhan Elon Musk, sebetulnya apa sih yang terjadi pada Twitter sehingga begitu gelisah dengan kehadiran Threads?

Sejak dipegang Elon Musk, Twitter berubah signifikan. Misalnya, jumlah cuitan yang bisa dibaca pengguna sangat dibatasi. Kalau kita mau membaca lebih banyak cuitan, ya kita harus berlangganan. Peraturan baru itu membuat banyak penggunanya kecewa. Terus, moderasi konten Twitter juga dikurangi. Akibatnya, konten-konten cuitan yang berisi kebencian atau yang menggunakan kata-kata pedas, vulgar, kasar, kontroversial, jadi muncul lebih banyak. Kita, dan mungkin pengguna lain, bisa jadi ngerasa risih dan nggak nyaman ada di Twitter. Jadi nggak heran ya, kalau sejak awal tahun ini traffic pengguna Twitter emang terus turun. Sebetulnya para pengiklan pun juga dibuat nggak nyaman. Mereka bahkan khawatir sebab banyaknya cuitan kontroversial bisa membuat reputasi brand mereka terganggu. Sehingga mereka bisa aja jadi rugi. Akibatnya, banyak dari para pengiklan yang kemudian menarik diri. Kekesalan para pengguna dan kekhawatiran para pengiklan itu membuat Twitter kehilangan angin. Nah, di saat itulah kemudian Threads meluncurkan.

Tapi sebenarnya apa sih yang membuat Threads bisa bikin Twitter deg-degan?

Pertama, karena desain Threads mirip banget dengan Twitter. Kedua, keduanya adalah platform percakapan berbasis teks yang membuat penggunanya bisa berbagi pesan-pesan pendek. Beberapa fungsi dan fitur keduanya juga mirip, antarmuka pengguna Threads hampir identik dengan Twitter, fitur engagement-nya juga serupa karena Threads juga dilengkapi fitur "like," comment, dan juga "share." Alasan yang ketiga, Threads lebih diarahkan untuk menjadi media sosial yang lebih ringan dan penuh dengan vibes positif, bukan hanya platform untuk dialog tetapi juga tempat untuk diskusi yang bermakna. Sementara itu, pengguna Twitter udah jenuh dijejali dengan perdebatan politik, ujaran kebencian, "cancel culture," atau kata-kata kasar dan juga vulgar. Itulah sebabnya, psikolog organisasi Adam Grand memprediksi Threads akan berhasil menumbuhkan algoritma yang lebih mementingkan wawasan atau "inside" daripada kemarahan.

Alasan yang kedua, Threads lebih diarahkan untuk menjadi media sosial yang lebih ringan dan penuh dengan vibes positif, bukan hanya platform untuk dialog tetapi juga tempat untuk diskusi yang bermakna. Sementara itu, pengguna Twitter udah jenuh dijejali dengan perdebatan politik, ujaran kebencian, "cancel culture," atau kata-kata kasar dan juga vulgar. Itulah sebabnya, psikolog organisasi Adam Grand memprediksi Threads akan berhasil menumbuhkan algoritma yang lebih mementingkan wawasan atau "inside" daripada kemarahan.

Alasan yang ketiga, dan ini yang membuat Elon Musk jadi atas, yaitu fakta bahwa 87% pengguna Twitter juga pengguna Instagram. Padahal lewat Instagram itulah Threads mengundang orang bergabung ke aplikasi. Sebab aplikasi Threads memang terkoneksi ke akun Instagram. Akun yang terverifikasi di Instagram juga kan diverifikasi di Threads, juga bisa share postingannya ke Instagram Story. Jadi, semakin banyak pengguna Instagram yang masuk ke Threads, berarti semakin banyak juga kan pengguna Twitter yang memakai Threads.

Nah, itulah sebabnya analis utama Insider Intelligence, Jasmine Enberg, mengatakan sebetulnya Meta nggak perlu kerja keras kalau mau merebut pengguna Twitter. Bujuk aja seperempat pengguna Instagram, maka jumlah pengguna Threads sudah akan menandingi pengguna Twitter. Fenomena yang dihadirkan Threads berpotensi menimbulkan pergantian peran di dunia media sosial. Kekuatan di dunia mikroblogging saat ini sedang bergeser, dan itulah ancaman yang nyata buat Twitter.

Sebetulnya, bukan kali ini aja ya Meta mengikuti jejak pesaing. Dan bukan cuma Twitter aja yang jadi korban. Beberapa media sosial lain juga pernah ditiru oleh Meta. Strategi itu kayaknya emang jadi modus selama ini. Meta memang dikenal jago meniru strategi platform media sosial lain. Kita ingat ya, pada tahun 2016, Snapchat mengenalkan fitur Stories. Durasi Stories-nya sangat singkat karena konten yang diupload bisa hilang setelah tayang selama 24 jam. Langsung aja, fitur itu jadi sangat-sangat populer. Lalu, nggak lama setelah itu, Meta geblek memperkenalkan fitur yang mirip, namanya Instagram Stories. Tambahan fitur ini membuat para pengguna Instagram jadi senang, dan terbukti bahwa kemudian fitur itulah yang bisa menjaga eksistensi Instagram sebagai platform media sosial paling populer.

Begitu juga ketika TikTok muncul sebagai platform video pendek, TikTok langsung disukai karena format videonya yang unik dan menarik. Dan nggak lama kemudian, Meta meniru dengan membuat Reels di dalam Instagram dan juga Facebook. Reels hampir identik dengan TikTok. Wajar kalau respon para pengguna Instagram dan Facebook jadi sangat positif sampai bisa mengklaim bahwa Reels setelah membuat para pengguna rela menambah waktu pemakaian Instagram sampai 25%.

Sebetulnya, Meta bukan cuma pinter meniru, mereka juga pinter menerapkan berbagai strategi jitu supaya orang-orang mau menggunakan aplikasinya. Misalnya, sewaktu Threads diluncurkan, setiap pengguna di Instagram diundang untuk bergabung. Undangannya dibuat eksklusif, nama pengguna ditulis di kartu undangan yang berwarna silver. Ini membuat orang jadi penasaran, lalu ikut mengunduh. Nah, setelah mengunduh, mereka dibuat terpesona karena di beranda dipenuhi oleh sejumlah selebriti, brand, dan juga influencer kelas atas. Memang sih, mengundang para pengguna terkenal, mereka adalah para pesohor dunia, seperti Shakira, Golden State Warriors, hingga Michael Strahan dan juga Jennifer Lopez. Mereka diberi tempat yang khusus di dalam Threads. Dengan cara itu, Meta sedang membangun sebuah image bahwa Threads bukan aplikasi yang sepi.

Sewaktu Threads diluncurkan, setiap pengguna di Instagram diundang untuk bergabung. Undangannya dibuat eksklusif, nama pengguna ditulis di kartu undangan yang berwarna silver. Ini membuat orang jadi penasaran, lalu ikut mengunduh. Nah, setelah mengunduh, mereka dibuat terpesona karena di beranda dipenuhi oleh sejumlah selebriti, brand, dan juga influencer kelas atas. Memang sih, mengundang para pengguna terkenal, mereka adalah para pesohor dunia, seperti Shakira, Golden State Warriors, hingga Michael Strahan dan juga Jennifer Lopez. Mereka diberi tempat yang khusus di dalam Threads. Dengan cara itu, Meta sedang membangun sebuah image bahwa Threads bukan aplikasi yang sepi.

Sementara itu, juga nggak menghadirkan iklan, para pengguna jadi senang dong ya, pastinya karena kan mereka jadi terbebas dari intruksi-instruksi iklan. Tapi cara ini sebenarnya udah biasa sih, nggak ada yang istimewa, karena kan setiap aplikasi yang baru pasti butuh promosi ya. Jadi tidak ada iklan dalam rangka membujuk para calon penggunanya untuk bisa bergabung dan aktif ada di dalamnya dengan semua keunggulan Threads.

Lalu, apa yang harus dilakukan Elon Musk supaya Twitter nggak goyang?